Kisah Nabiyullah Ayyub 'Alaihis Salam

Ayyub ‘alaihis salam berasal dari anak keturunan Al-’Aish bin Ishaq. Ada yang mengatakan bahwa nama istrinya adalah Rahmah binti Afratsim bin Yusuf bin Ya’qub. Dan inilah pendapat yang masyhur.
Dahulunya Ayyub adalah seorang laki-laki yang memiliki banyak harta berupa tanah yang luas di daerah Hauran. Kemudian, harta dan keluarganya itu diambil darinya dan dia diuji pada badannya dengan beragam cobaan (penyakit). Namun Ayyub bersabar menghadapi semua cobaan itu sehingga ada perumpamaan yang dibuat berkenaan dengan kesabarannya.
Adapun istrinya, ia pernah bekerja kepada orang lain dengan imbalan upah, dan memberi makan Ayyub ‘alaihissalam dengan upah tersebut. Namun, kemudian orang-orang tidak mau lagi mempekerjakannya, setelah mereka tahu bahwa ia adalah istri Ayyub. Mereka khawatir terkena bala’ yang menimpanya. Ketika ia tidak lagi mendapatkan orang yang mau mempekerjakannya, maka ia menjual salah satu kepang rambutnya kepada salah seorang anak perempuan terpandang untuk membeli makanan yang baik lagi banyak. Ia lalu membawanya kepada Ayyub, Ayyub lantas bertanya, “Dari mana engkau dapatkan makanan-makanan ini?” Ayyub mengingkarinya. Sang istri berkata, “Aku bekerja pada orang-orang.”
Keesokan harinya, sang istri tidak mendapatkan orang yang mau mempekerjakannya. Lalu ia menjual kepang rambutnya yang lain untuk membeli makanan dan memberikannya ke Ayyub. Lagi-lagi Ayyub mengingkarinya. Bahkan ia bersumpah tidak akan menyantapnya sebelum ia memberitahukannya dari mana asal makanan-makanan tersebut. Sang istri pun membuka tutup kepalanya. Tatkala Ayyub melihat kepada istrinya dalam kondisi gundul, ia berkata di dalam doanya, “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS.Al-Anbiya: 83).
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Nabiyullah Ayyub menjalani ujiannya selama delapan belas tahun.”
Kemudian Allah mewasiatkan kepada Ayyub, “Hantamkanlah kakimu;, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS. Shad: 42) Ayyub lalu menemui istrinya dalam kondisi Allah telah menghilangkan semua cobaan yang menimpanya. Saat itu kondisinya lebih tampan dari sebelummya. Ketika istrinya melihatnya, ia berkata, “Semoga Allah memberkatimu! Apakah engkau melihat Nabiyullah yang sedang menjalani ujian itu? Demi Allah atas hal itu atas ujian tersebut, aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih mirip dari Ayyub ketika sehat selain dirimu.” Ayyub berkata, “Akulah orangnya.”
Ibnu ‘Abbas berkata, “Allah telah mengembalikan harta, anak, seperti semula dan ditambahkan kepada mereka sebanyak itu pula.”
Dan juga dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata, “Allah telah mengembalikan kepada istri Ayyub masa mudanya, bahkan Allah menambahkannya. Allah juga memberikan keringanan kepada Ayyub setelah ia bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus kali cambukan karena ia telah menjual kepangan-kepangan rambutnya. Dengan mengumpulkan seratus batang seperti janjang kurma yang terdiri dari seratus cabang, lalu ia menggabungkannya menjadi satu dan memukulkannya ke istrinya sebanyak satu kali pukulan, maka ia telah menunaikan nadzarnya dan tidak membatalkannya.” Banyak dari kalangan fuqaha’ yang menggunakan rukhshah (kelonggaran) seperti ini dalam perkara sumpah dan nadzar.
Sumber: Mukhtasar Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas oleh Syaikh Ahmad Khani, Penerbit Pustaka as Sunnah

0 komentar:

Posting Komentar

Sosial Shere

>

Entri Populer

Flag Counter