Orang-orang Utsmani berasal dari keturunan kabilah Turkmenia. Pada permulaan abad ke-7 H bertepatan dengan abad ke-13 M mereka hidup di Kurdistan. Mereka berprofesi sebagai penggembala. Akibat serangan orang-orang Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan ke Iraq dan wilayah-wilayah timur Asia Kecil, maka pada 617 H (1220 M) Sulaiman, kakek dari Utsman, melakukan hijrah bersama kabilahnya dari Kurdistan menuju Anatolia. Mereka lalu berdomisili di kota Akhlath.[1]
Pada 628 H (1230 M) Sulaiman meninggal. Setelah itu, putranya yang pertengahan, Erthugrul, menggantikan posisinya. Dia ternu bergerak hingga mencapai barat laut Anatolia. Ikut bersamanya sekitar seratus keluarga dan lebih dari empat ratus penunggang kuda.[2] Ketika Erthugrul, ayah Utsman melarikan diri bersama keluarganya -berjumlah tidak lebih dari seratus keluarga- dari bencana serangan orang-orang Mongol, tibatiba dari kejauhan dia mendengar hiruk-pikuk suara orang yang bertempur. Erthugrul lalu mendekati tempat suara itu. Dia melihat pertempuran sengit antara kaum muslimin dan orang-orang Kristen Romawi. Kemenangan pun hampir saja diraih oleh pasukan Kristen Romawi. Melihat peristiwaitu, Erthugrul segera maju dengan segenap keberanian dan kegigihan untuk menolong saudara-saudaranya seagama dan seakidah. Keberanian Erthugrul ini menjadi sebab kemenangan kaum muslimin atas orang-orang Kristen.[3]
Atas keberanian tersebut, seusai pertempuran komandan pasukan Islam yang bernama Seljuk memberi hadiah kepada Erthugrul dan rombongannya. Dia memberinya sebidang tanah di wilayah barat Anatolia, dekat dengan perbatasan Romawi.[4] Dia juga memberi wewenang kepada Erthugrul untuk memperluas wilayahnya hingga ke wilayah kekuasaan Romawi. Orang-orang Seljuk pun mendapatkan sekutu kuat dalam berjihad melawan Romawi. Maka, terjalinlah persahabatan erat antara negara yang baru tumbuh ini dengan orang-orang Seljuk akibat adanya musuh bernasa dalam akidah dan agama. Persahabatan ini terus berlangsung selama masa hidup Erthugrul, yang wafat pada 699 H (1299 M) .[5] Sepeninggalnya, putranya yang bernama Utsman menggantikan posisinya sebagai pemimpin. Utsman mengikuti kebijakan ayahnya dalam memperluas wilayah kekuasaannya di negeri-negeri Romawi.[6]
Bersambung Insyaallah..
Foot Note:
[1] Akhlath adalah sebuah kota di sebelah Timur Turki yang berdekatan dengan Danau Van di Armenia.
[2] Lihat Qiyam Ad-Daulah Al-’Utsminiyah, h. 26.
[3] Lihat Jawanib Mudhi’ah fi Tarikh Al-’Utsmaniyyin, Ziyad Abu Ghanimah, h. 36.
[4] Lihat Al-Futuh Al-Islamiyah lbra Al-’Ushur, Dr. Abdul Aziz Al-Umari, h. 353.
[5] Lihat Tarikh Salathin Ali ‘Utsman, karya AI-Qaramani dengan editor Bassam Al-Jabi, h. 10.
[6] Lihat Tarikh Ad-Daulah Al-Aliyyah, Muhammad Farid, h. 115.
Sumber: Buku ‘Sulthan Muhammad al Fatih’, Dr.Ali Muhammad ash Shalabi, Penerbit Pustaka Arafah
0 komentar:
Posting Komentar