Blanco dalam bahasa Spanyol berarti putih. Di Spanyol juga, Blanco sangat identik dengan julukan satu raksasa sepakbola ibukota Spanyol; Real Madrid. Hebatnya, putih dan Real Madrid itu tercakup dalam sosok Raul Gonzalez Blanco.
Bagi Madridista di era 90-an, nama Raul adalah sebuah ikon kebanggaan bagi Spanyol dan Real Madrid. Jika dalam starting line-up terdapat nama si pemilik nomor 7 itu, fans Madrid tak perlu memiliki kecemasan berlebihan. Sebab, seorang Raul selalu menunjukkan tajinya sebagai penyelamat bagi Real Madrid. Angel Cappa, seorang mantan (asisten) pelatih Real Madrid mendeskripsikan bahwa Raul adalah pemain yang tiba-tiba sangat sempurna saat berada di lapangan.
Namun, semua seakan berubah ketika Florentino Perez datang dengan mega proyek Galacticos-nya. Pemain-pemain berlabel superstar dia rekrut sesuai janji-janjinya pada kampanye pemilihan presiden. Kedatangan Luis Figo, bagaimanapun, menjadi salah satu tonggak dimulainya era Galacticos Real Madrid.
Raul bergeming. Pemain asli kota Madrid ini memang garis hidupnya ditakdirkan untuk Real Madrid, meski memulai kariernya bersama Atletico Madrid. Ayah Raul adalah penggemar Atletico dan ia memang tinggal di kawasan pekerja yang mayoritas adalah pendukung Atletico.
Raul sudah banyak mengenyam banyak pengalaman untuk menghadapi rintangan jauh lebih besar dari sekadar kedatangan pemain asing berlabel bintang. Raul pernah berseberangan dengan mayoritas lingkungan dan keluarganya. Oleh karena itu, Raul tahu bahwa dirinya mampu bersaing dengan para superstar tersebut.
Namun ini akan menjadi sedikit rancu jika beberapa orang melupakan Raul saat membicarakan Real Madrid dan Galacticos-nya. Kini, orang-orang sepertinya lebih cepat teringat nama-nama seperti Zinedina Zidane, Figo, Ronaldo, David Beckham atau Cristiano saat membahas Real Madrid -- dan bukan Raul yang pertama kali terlintas di benaknya.
Itulah sesungguhnya keistimewaan Raul. Orang ini tak pernah identik dengan "uang" atau "modis". Dalam sejarah Real Madrid, dia besar karena kontribusinya, seperti halnya legenda lain macam Emilio Butragueno atau bahkan Alfredo di Stefano.
Ketika muncul istilah ‘Pavones’untuk para pemain cantera atau pemain lulusan dari akademi La Fabrica, serta istilah ‘Zidanes’untuk para pemain bintang, Raul tetap tak tergoyahkan. Sebagai salah satu anggota dari ‘Pavones’, Raul mampu menyejajarkan dirinya dengan para ‘Zidanes’ di awal tahun 2000an tersebut. Raul adalah penengah di antara kaum ‘Pavones’ dan ‘Zidanes’. Kedua teori tersebut ia padukan dengan sempurna dalam penampilannya di lapangan.
Para ‘Zidanes’ pun mengakui kehebatan Raul. Figo, salah satu pemain angkatan pertama dalam gerbongGalacticos ciptaan Florentino Perez pun menyatakan kekaguman bagi Raul. Dia bilang, "Aku telah banyak bermain dengan pemain-pemain yang bagus, namun Raul dari dimensi yang lain. Aku bahkan tidak pernah melihat pemain sebagus Raul Gonzalez."
Zidane pun tak ragu untuk sependapat dengan Figo. Ia dengan tegas menyebut bahwa Raul adalah pemain terbaik dunia, seperti dinukil dari laman Running The Show.
Itu baru pujian dari sang kawan, belum lagi pujian dari mereka para lawan. Santiago Canizares, kiper legendaris Spanyol dan Valencia pernah menyebut Raul sebagai mimpi buruk baginya. Canizares mendeskripsikan Raul sebagai penyerang yang mampu berimprovisasi di kotak penalti lawan dan tidak terbaca pergerakannya.
"Ia akan memberikan bola lob kepadamu, ia akan mengarahkanmu pada posisi yang salah dengan sedikit trik, ia akan bermain melebar, ia akan menembak bola dengan sangat keras, atau ia akan memberikan bola sebagai assist kepada rekannya yang lain. Raul sangat punya banyak opsi yang berbeda ketika menghadapimu," ungkap Canizares.
Sir Alex Ferguson, pelatih kenamaan Manchester United yang melegenda di tanah Britania Raya, juga tak pula mengirimkan puja-puji bagi Raul. Ketika tim yang dibesutnya kalah dengan skor 3-1 di Bernabeu, Sir Alex mengungkapkan kekagumannya.
"Raul adalah pemain yang sangat sulit untuk dilawan, khususnya malam ini. Ia selalu menjadi jalan keluar bagai rekan-rekannya yang terlihat kesulitan dan kita (Manchester United) tak mampu untuk menghentikannnya," ungkap pelatih berkebangsaan Skotlandia tersebut.
"Real Madrid telah banyak memebeli pemain berkelas dunia dalam beberapa tahun terakhir, namun Raul adalah pemain terbaik di dunia," sambung Sir Alex.
Masa jaya Raul tersebut menjadi penanda dirinya bahwa dirinyalah sang raja di Santiago Bernabeu. Ini juga dibuktikan dengan ban kapten yang melingkar di lengan kirinya sejak tahun 2006, saat umurnya 26, yang menjadikannya kapten termuda dalam sejarah klub tersebut.
Pada tahun 2008 ia bersama kiper Iker Casillas dianugerahi kontrak seumur hidup di Real Madrid, dengan catatan ia bermain 30 kali per musimnya dan akan otomatis diperpanjang setiap tahunnya. Namun, seperti kita tahu, kini Raul berada di utara benua Amerika, dan Casillas berada di ibukota negara tetangga Spanyol, yaitu Portugal. Keduanya tak lagi berada di Madrid.
Setelah melanglang buana menuju Jerman dan Qatar, Raul sebenarnya sudah mengumumkan bahwa ia akan menggantungkan sepatunya selepas bermain untuk Al Sadd pada bulan Maret 2014. Namun secara mengejutkan ia kembali bermain sepakbola dan melanjutkan kariernya di New York Cosmos, yang berkompetisi di North American Soccer League (NASL), atau divisi dua kompetisi di Amerika Serikat.
"Ketika aku memutuskan untuk bergabung New York Cosmos, aku akan mengevaluasi sejauh mana aku mampu bermain sampai akhir tahun nanti,” terang Raul.
"Saat masih bermain untuk Real Madrid, aku selalu terpikirkan untuk bermain di Amerika Serikat suatu hari nanti. Istriku juga menyukai ide itu. Lagipula, New York Cosmos merupakan kesebelasan yang pernah dihuni oleh para legenda seperti Pele dan Beckenbauer di akhir kariernya," sambung Raul seperti yang dikutip dari laman AS.
Kini Raul sudah memutuskan semuanya. Ia akan benar-benar gantung sepatu setelah kompetisi NASL musim ini selesai. Saat ini New York Cosmos masih berpeluang menjadi juara karena akan tampil di babakplay-off semifinal pada 7 November mendatang. Jika berhasil mengalahkan Fort Lauderdale Strikers, mereka akan tampil di final.
Dengan segala peninggalannya yang ia persembahkan baik untuk Real Madrid, Schalke 04, Al Sadd maupun New York Cosmos, ia sangat amat layak dikenang terutama untuk para Madridista sejagat. Sampai hari ini, tak ada lagi pemain asli kelahiran Madrid yang mampu berbicara banyak bagi El Real selain Raul. Segala rekor yang pernah dicatatkan Raul, baik di kancah lokal dan Eropa, adalah penanda kehebatan dirinya. Belasan trofi juga ia sumbangkan ke lemari museum di Bernabeu.
Real Madrid kini tinggal menunggu waktu Raul untuk kembali ke "rumahnya", sebagai pelatih ataupun jabatan kehormatan lain. Dalam konferensi persnya terakhir pada 27 Oktober lalu, ia mengatakan akan tinggal di New York bersama keluarganya pasca pensiun dari sepakbola, dan tak akan buru-buru untuk kembali pulang. Namun ia tahu bahwa ia akan pulang ke Madrid suatu hari nanti.
Karena, bagi Raul, Real Madrid adalah bagian terbesar dalam segenap aspek kehidupannya dan akan selalu menjadi rumah untuknya. Hala, Raul Madrid!
Lanjut yang Seru => Momen-momen Terbesar dalam Sejarah Sepak bola Dunia
Mau Informasi lebih lagi, ini dia => Serba 10 (sepuluh) yang Menarik, Keren, dan Unik di Dunia
Lanjut yang Seru => Momen-momen Terbesar dalam Sejarah Sepak bola Dunia
Mau Informasi lebih lagi, ini dia => Serba 10 (sepuluh) yang Menarik, Keren, dan Unik di Dunia