Kaum Hud adalah bangsa Arab yang mendiami al-ahqaf, yaitu bukit-bukit pasir yang terdapat di wilayah Yaman antara Oman dan Hadhramaut. Al-ahqaftersebut memanjang di sepanjang laut yang bernama Laut asy-Syahar. Umumnya mereka tinggal di kemah-kemah yang bertiang besar. Mereka adalah kaum ‘Ad yang pertama. Barangsiapa yang menyangka bahwa Iram adalah kota yang berpindah-pindah di muka bumi terkadang di Syam, terkadang di Yaman, terkadang di Hijaz, dan terkadang di lainnya, maka pendapat ini jauh dari kebenaran serta pendapat yang tidak berdasarkan pada dalil.
Disebutkan dalam kitab Shahih Ibnu Hibban, dari Abu Dzarr –dalam haditsnya yang sangat panjang tentang para Rasul dan Nabi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara mereka ada empat Nabi yang berasal dari bangsa Arab, yaitu: Hud, Shalih, Syu’aib, dan Nabimu, wahai Abu Dzarr.”
Yang dimaksud dengan “kaum ‘Ad pertama” adalah mereka yang pertama kali menyembah patung setelah terjadinya badai taufan (zaman Nuh). Allah Ta’ala mengutus Hud ‘alaihissalam, –saudara mereka– di tengah-tengah mereka untuk mengajak mereka kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kaum ‘Ad adalah bangsa Arab yang kafir lagi ingkar yang terjerumus menjadi penyembah berhala. Lalu Allah Ta’ala mengutus Hud ‘alaihissalam kepada mereka, namun mereka malah mendustakannya. Sehingga Allah –Dzat yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa– menimpakan adzab kepada mereka.
Awal mula adzab datang kepada mereka adalah dengan adanya masa paceklik dan kekeringan yang melanda mereka. Kemudian, mereka meminta hujan. Lantas mereka melihat ada gumpalan awan di langit dan menyangkanya sebagai hujan yang membawa rahmat. Namun, ternyata itu adalah hujan yang mengandung adzab, dan angin datang seperti anak panah yang terbuat dari api.
Allah ta’ala berfirman: “Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus” (QS. Al-Haqqah: 7).
Tidak ada satu pun dari kaum ‘Ad yang tertimpa angin itu, melainkan ia pasti binasa.
Adapun Hud ‘alaihis salam beserta orang yang bersamanya dari kalangan orang-orang yang beriman menyingkir ke sebuah tempat (tembok). Angin yang mengenai mereka hanya melunakkan kulit-kulit mereka dan menyenangkan hati-hati mereka.
Angin tersebut melintas di tengah-tengah kaum ‘Ad dengan berhembus sangat kuat di antara langit dan bumi sekaligus menghujani kepala mereka dengan bebatuan.
Allah berfirman: “Maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (QS. Al-Haqqah: 7)
Allah menyerupakan mereka dengan pohon kurma yang telah lapuk yang tidak berkepala. Hal itu karena angin yang datang kepada salah seorang di antara mereka membawanya dan menerbangkannya ke udara lantas melemparkannya dalam posisi kepala di bawah sehingga ia menjadi mayat yang tak berkepala.
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa ia pernah menyebutkan sifat kubur Hud ‘alaihissalam yang terletak di negeri Yaman. Sementara yang lainnya menyebutkan bahwa ia berada di wilayah Dimasyqi (Damaskus) dan di masjid jami’-nya terdapat satu tempat di tembok bagian depan, yang menurut sangkaan sebagian orang itulah kubur Hud ‘alaihissalam. Wallahu a’lam.
Sumber: Mukhtasar Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas oleh Syaikh Ahmad Khani, Penerbit Pustaka as Sunnah
PENINGGALAN KOTA IRAM
Berdasarkan foto yang diambil dari pesawat ulang alik terlihat tempat dimana jejak-jejak kafilah bertemu dan mengarah ke Ubar (Iram) [lihat tanda panah].
1. Ubar hanya dapat dilihat dari luar angkasa sebelum dilakukan penggalian.
2. Kota yang berada 12 m dibawah pasir nampak setelah dilakukan penggalian.
Banyak karya seni dan monumen ari sebuah peradaban yang tinggi yang didirikan di Ubar (Iram) sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an. Foto-foto diatas adalah salah satu peninggalan kota Iram yang tersisa.
Ilustrasi Kota Iram
0 komentar:
Posting Komentar