Tirani
Kapitalisme dibawah bayang – bayang Demokrasi
“Banyak
sistem pemerintahan yang telah dicoba, dan akan terus dicoba di dunia yang
penuh dosa dan duka ini. Tidak seorang pun berpura-pura bahwa demokrasi adalah
sistem pemerintahan yang sempurna atau pemenuh semua harapan. Bahkan, pantas
dikatakan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan terburuk selain bentuk
pemerintahan lain yang telah dicoba dari waktu ke waktu.” (Winston Churchill,
Hansard [transkrip parlemen], 11 November 1947).
Sebenarnya,
kegagalan demokrasi adalah sesuatu yang lumrah. Aristoteles beribu-ribu tahun
lalu pernah menyatakan: “Baik aristokrasi maupun demokrasi memiliki potensi
korupsi yang meningkat secara eksploitatif, bertepatan dengan penyalahgunaan
kekuasaan dan kebebasan yang manipulatif. Korupsi akan membawa pada revolusi,
ketika demokrasi menelanjangi dirinya sendiri dan menjadi bentuk otokrasi,
salah satunya oligarki.” Hal ini menjadi biasa saja, karena bagaimanapun
kedaulatan di tangan rakyat adalah sesuatu yang utopis Tidak pernah ada suatu
ahli politik mana pun yang sanggup merumuskan konsep demokrasi yang benar,
mulai dari jaman Plato hingga Obama saat ini. Demokrasi hanya memindahkan
kekuasan dari tangan para raja, bangsawan, ataupun gerejawan kepada otoritarian
lainnya, yaitu tidak lain adalah para pemilik modal. Menjadi biasa saja, sebab
demokrasi memerlukan biaya yang mahal dalam prosesnya. Hingga akhirnya politik
menjadi komoditas laiknya dagang sapi di pasar-pasar, sehingga kebijakan dari
rahim demokrasi adalah kebijakan yang sekali lagi jika dipikirkan hanya berupa omong
kosong perjuangan atas nama rakyat. Karena telah jelas, bahwa semua ini
dilakukan atas kepentingan para pemilik modal kapitalis penjajah asing.
Di
Indonesia dengan fakta kesenjangan antara pihak capital yang semakin kaya dan
memonopoli sementara rakyat yang semakin dalam posisi terpojok dan melarat oleh
karena kebijakan neolib yang lahir dari proses musyawarah transaksional antara
penguasa dan pengusaha, antara DPR dan kepentingan korporasi walhasil korupsi
secara berjamaah akibat penerapan system demokrasi meniscayakan proyek
liberalisasi besar-besaran pasca reformasi. Dampaknya Selama sembilan tahun
terakhir, total utang naik dari Rp1.000 triliun menjadi Rp2.100 triliun. Namun
tidak ada pembangunan infrastruktur yang bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat,”
Inilah
fakta Demokrasi dimana rakyat hanya dibohongi, dikhianati, dan terdzalimi demi
menyenangkan tuan – tuan imperialis barat yang telah menguasai sebagian besar
kekayaan alam negeri ini atas persetujuan DPR dengan berbagai paket Undang
Undang Liberal. Sebagai contoh, ekplorasi migas hampir 90% dikuasai asing dan
swasta, di antaranya Chevron 45% (AS), Total 10% (Perancis), Conaco 8% (AS) dan
Medco 6%. Tambang emas sebagian besar dikuasai oleh PT Freeport (AS) dengan
produksi tahun 2010 sebesar 61.832,74 kg dan PT Newmont Nusa Tenggara (AS)
22.930,00 kg. Tembaga juga dikuasai PT Freeport (AS) sebesar 632.325,01 ton dan
PT Newmont Nusa Tenggara (AS) dengan produksi 246.051,00 ton. Sehingga wajar
saja berbagai bentuk gerakan separatism di Indonesia tumbuh dan berkembang
selain karena gerakan separatism didukung juga oleh imperial asing yang
bernafsu mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan isu SARA dan Separatisme,
konflik SARA & Gerakan Separatism juga disebabkan karena pemerintah dengan
demokrasi dan kebebasannya membiarkan negeri ini terus dirampok sementara
rakyat ditelantarkan bahkan dirampok dengan pemberlakuan pajak yang semakin
ketat dan pencabutan subsidi yang menjadi kewajiban pemerintah sebagai pelayan
rakyat.
Khilafah,
solusi Penyatuan Kembali Indonesia dan Dunia Islam
Meskipun
memiliki daratan dan lautan yang lebih luas, dengan tentara yang lebih banyak
dan kekayaan alam yang melimpah; begitu juga dengan sumberdaya manusia yang
lebih, dari segi jumlah maupun kualitas; tapi umat Islam saat ini, dibanding
dengan umat lain di dunia, tetaplah tidak bisa disebut sebagai umat yang
terbaik (khayru ummat), seperti yang dikatakan Allah SWT dalam al-Quran. Umat
Islam kini terpuruk di segala bidang. Hidup dalam kondisi terpecah-belah ke
dalam lebih dari 57 negara dengan berbagai problem yang membelit. Kondisinya
demikian buruk, hingga tidak mampu bersaing dengan negara-negara kecil yang
boleh jadi tidak nampak di peta dunia.Tidak terkecuali Indonesia. Sekalipun
memiliki tentara dalam jumlah cukup besar dengan jumlah penduduk terbesar nomor
empat di dunia,1 serta memiliki potensi sumberdaya pertanian dan kekayaan
mineral yang sangat melimpah, tapi semua itu tidak mampu membuat rakyatnya
hidup dalam kebaikan. Justru sebaliknya, rakyat hidup dalam penderitaan.
Kemiskinan, kebodohan, kedzaliman, ketidakadilan dan berbagai problem lain,
termasuk penjajahan dalam segala bentuknya, senantiasa mewarnai kehidupan
masyarakat dari negara Muslim terbesar di dunia ini. Semua potensi dan kekayaan
alam yang dimiliki seolah tidak memberikan arti apa-apa buat hidup rakyatnya.
Mengapa
semua itu terjadi? Bila ditelaah secara jernih, dapat disimpulkan bahwa semua
persoalan yang saat ini tengah dihadapi oleh dunia Islam, termasuk Indonesia,
berpangkal pada pertama, penerapan demokrasi yang jelas merupakan pemerintahan
Tiran mengatasnamakan rakyat dan kebebasan, kedua, tidak diterapkannya sistem
Islam di tengah-tengah masyarakat. Masalah utama ini kemudian memicu terjadinya
berbagai persoalan ikutan, seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, kerusakan
moral, kedzaliman, ketidakadilan, disintegrasi dan penjajahan dalam segala
bentuknya, baik penjajahan secara langsung seperti yang kini terjadi di Irak
dan Afghanistan, ataupun penjajahan secara tidak langsung di bidang ekonomi dan
politik seperti yang terjadi dinegri ini, Indonesia. Allah SWT. menjelaskan
sumber dari berbagai persoalan itu dalam firman-Nya:
وَمَنْأَعْرَضَعَنْذِكْرِيفَإِنَّلَهُمَعِيشَةًضَنْكًا
Artinya
:
“Barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit.” (Q.s. Thaha [20]: 124).
Karena
itu, jika ada satu atau lebih negeri Islam saat ini menjelma menjadi sebuah
Daulah Khilafah, yang di dalamnya diterapkan sistem Islam, niscaya negara
tersebut akan menjadi titik awal bagi proses reunifikasi atau penyatuan kembali
seluruh dunia Islam menuju terwujudnya sebuah negara yang paling kuat di dunia.
Sejak kemerdekaan hingga lebih dari enam dekade, sekulerisme mengatur
Indonesia, terlepas dari siapa pun yang berkuasa. Tidak diterapkannya sistem
Islam telah nyata membawa negara ini dalam keterpurukan. Rakyat Indonesia terus
menerus hidup dalam berbagai krisis yang tidak berkesudahan.
Sesungguhnya
kegagalan sistem sekuler, baik berbentuk diktatorisme ataupun demokrasi,
merupakan sebuah keniscayaan. Karena sistem sekuler telah memberikan hak kepada
manusia, bukan Allah SWT – Sang Pencipta manusia dan alam semesta – untuk
menentukan mana yang benar dan mana yang salah; mana yang halal dan mana yang
haram. Maka, tidaklah mengherankan bila banyak perkara yang jelas-jelas
diharamkan oleh Allah SWT justru dilakukan oleh rezim sekuler ini, seperti riba
atau bunga bank, pornografi-pornoaksi, dan bekerjasama dengan para kafir
imperial untuk menghalangi umat Islam dalam menerapkan Islam secara total.
Sebaliknya, banyak perkara yang jelas-jelas diwajibkan oleh Allah SWT justru
diabaikan, seperti menerapkan uqubat (qishash, rajam, potong tangan dan
sebagainya),mengirim pasukan untuk membela negeri-negeri Muslim yang terjajah,
menjaga darah dan kehormatan umat Islam, melindungi kemurnian akidah Islam
serta memenuhi berbagai kebutuhan pokok untuk seluruh umat manusia.
Hanya
Sistem Islam yang Bisa Membangkitkan Umat Islam
Sistem
sekuler yang saat ini diterapkan di Indonesia, juga di negeri-negeri Muslim
lainnya, tidak akan pernah bisa menghasilkan kebaikan dan kemajuan, karena
sistem itu adalah sistem yang rusak dan bertentangan dengan akidah Islam.
Sistem ini telah nyata-nyata menjauhkan umat Islam dari harta miliknya yang
paling berharga, yaitu kecintaan kepada agama Allah SWT. Karenanya, sistem ini
tidak pernah sungguh-sungguh mendapatkan dukungan dari umat. Bagaimana akan
tercipta kebaikan dan kemajuan dalam sebuah masyarakat, bila sistem yang
diterapkan tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari rakyatnya?
Bila
sistem yang diterapkan sejalan dengan akidah umat, maka akan terbentuk sinergi
yang produktif antara sistem dan umat, sehingga akan terjadi dinamika luar
biasa di tengah-tengah masyarakat. Dalam bentangan sejarah dunia, Islam
terbukti berhasil membangkitkan masyarakat, dari yang sebelumnya hidup dalam
kebodohan dengan sebuah kebangkitan yang luar biasa dan tidak pernah bisa
ditandingi oleh kebangkitan yang terjadi dalam masyarakat manapun; menjadi
sebuah masyarakat mulia, yang mengawali terbentuknya peradaban agung yang
berkemajuan. Itulah masyarakat Islam pertama dalam naungan Daulah Islam, yang
disebut juga Daulah Khilafah pertama di Madinah al-Munawwarah. Selama lebih
dari satu milenium, peradaban Islam nan gemilang itu menjadi mercusuar bagi
seluruh umat manusia.
Dalam
masyarakat Islam, sistem Islam bekerja mengatur masyarakat dengan
sebaik-baiknya sehingga kerahmatan yang dijanjikan benar-benar dapat terwujud.
Dalam kaitannya dengan perlindungan kaum minoritas, misalnya, telah terbukti
Khilafah mampu melindungi mereka. Ketika orang-orang Yahudi terpaksa harus
mengungsi akibat praktek inkuisisi yang dilakukan oleh orang-orang Kristen di
Spanyol pada abad ke-15, mereka mendapat perlindungan dari Khalifah Bayazid II.
Wilayah Negara Islam menjadi tempat tinggal mereka yang baru. Nyatalah bahwa
Daulah Khilafah menjadi tempat yang nyaman bagi siapa pun. Semua warga negara
Daulah Khilafah, tanpa memandang keyakinan, agama, ras dan bahasa, baik Muslim
maupun non-Muslim, dijamin akan menikmati keadilan dan keamanan. Keadaan
seperti ini tentu tidak bisa dipenuhi oleh sistem selain Islam. Karena itu,
wajar bila kemudian Daulah Khilafah mendapatkan loyalitas dari rakyat yang
hidup di dalam naungannya, termasuk dari kalangan non-Muslim. Pasukan Salib
yang datang menyerbu wilayah Syam ketika itu, terhenyak ketika mereka mendapati
kenyataan bahwa mereka harus berhadapan dengan pasukan yang seagama, yakni
orang-orang Kristen di Syam, yang terjun dalam kancah peperangan untuk
mempertahankan Daulah Khilafah, yang telah dianggap sebagai negara mereka
sendiri.
Kebangkitan
umat Islam di masa lalu terbukti mampu menciptakan kemajuan di segala bidang,
termasuk di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan di bidang
ekonomi. Itu semua menjadi monumen peninggalan sejarah dunia yang tak
terlupakan. Dalam bidang ilmu kedokteran dan astronomi misalnya, Daulah
Khilafah jauh lebih maju dibanding dengan negara-negara lain pada waktu itu.
Buktinya, universitas-universitas di berbagai wilayah Islam saat itu menjadi
tempat utama buat orang-orang Eropa, termasuk para pangeran dan putri dari
berbagai kerajaan di Eropa, untuk menimba ilmu. Salah satu ukuran orang berilmu
ketika itu adalah kemampuannya dalam menguasai bahasa Arab, karena bahasa Arab
seakan menjadi kunci harta karun ilmu yang memang saat itu kebanyakan ditulis
dalam bahasa Arab.
Daulah
Khilafah juga menjamin tersedianya akses bagi semua orang untuk mendapatkan
kekayaan. Di saat yang sama mencegah kekayaan tersebut terpusat di tangan
segelintir orang. Sepanjang kepemimpinan Daulah Khilafah, ketersediaan berbagai
kebutuhan pokok (primer) bagi seluruh warga negara berhasil diamankan.
Sementara itu, kesempatan untuk mendapatkan kebutuhan pelengkap (sekunder dan
tersier) senantiasa terbuka bagi semua orang. Demikian sejahteranya masyarakat
di masa Khalifah Umar bin Abdul Azis, misalnya, pernah terjadi di wilayah
Afrika, harta zakat tidak bisa dibagikan di sana karena tidak ada seorang pun
yang layak menerimanya. Demikian pula selama berabad-abad di bawah pemerintahan
Islam, masyarakat di anak benua India menjadi salah satu kekuatan ekonomi
dunia.
Dalam
konstelasi politik internasional, Daulah Khilafah menjadi negara nomor satu
selama berabad-abad tanpa pesaing. Daulah Khilafah berhasil menyatukan berbagai
sumberdaya yang luar biasa besar yang dimiliki umat Islam dalam sebuah
institusi negara yang luasnya mencapai tiga benua. Khilafah telah menggariskan
sebuah kebijakan yang dibangun di atas dasar prinsip keadilan dan kebenaran,
hingga ia mampu menjadi pemimpin bangsa-bangsa yang ada. Kabar tentang tentang
keadilan Daulah Khilafah tersebar luas melintasi perbatasan wilayah
kekuasaannya. Hal ini membuat banyak sekali manusia tertarik untuk masuk Islam.
Saat wilayah-wilayah itu direbut pasukan Tartar dan tentara Salib, umat Islam
di tempat itu tidak sedikit pun menyerah. Mereka terus berjuang hingga akhirnya
berhasil merebut kembali wilayah itu dan mengakhiri penjajahan di sana.
Inilah
umat terbaik (khayru ummah) yang diturunkan Allah SWT, yang menjadi contoh bagi
seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT:
كُنْتُمْخَيْرَأُمَّةٍأُخْرِجَتْلِلنَّاسِتَأْمُرُونَبِالْمَعْرُوفِوَتَنْهَوْنَعَنِالْمُنْكَرِوَتُؤْمِنُونَبِاللَّهِ
Artinya
:
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Qs. Ali
‘Imran [3]: 110)
Kondisi
semacam ini insya Allah dapat diwujudkan kembali asal umat Islam mau kembali
kepada rahasia kejayaan Islam, yakni diterapkannya sistem Islam secara kaffah
melalui Daulah Khilafah di satu atau lebih negeri Muslim yang kuat, sebagai
titik awal proses penyatuan kembali atau reunifikasi seluruh dunia Islam.
Begitulah,
hidup di bawah naungan Daulah Khilafah dipastikan akan sejalan dengan akidah
umat dan sejalah pula dengan kebutuhan riil masyarakat seperti tersedianya
fasilitas kesehatan (rumah sakit, rumah obat, dll), sarana pendidikan
(sekolah/kampus, perpustakaan, fasilitas laboratorium, dll), serta berbagai
infrastuktur untuk melayani masyarakat; karena, setiap manusia tentu ingin
menjalani hidup di dunia ini dengan baik (hasanah). Karena itu, merupakan
kewajiban Daulah Khilafah untuk menyediakan itu semua. Sebab, Daulah Khilafah
adalah Daulah Ri’ayah (negara yang mengurusi kehidupan rakyat).
Untuk
tujuan itu, dalam sistem pemerintahan Islam, negara ditopang oleh sejumlah
struktur yang ditetapkan oleh syariah, diantaranya Khalifah (kepala negara),
para Mu’awin (pembantu khalifah), para Wali (kepala daerah), hingga para Qadhi
(hakim), petugas administrasi, dan Majelis Umat. Sedangkan dalam sistem ekonomi
Islam, terdapat berbagai ketentuan syariah yang berkaitan dengan tanah,
kepemilikan, industri, perdagangan dalam dan luar negeri, dan sistem lainnya,
yang semua itu akan menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan di atas.
Sementara terkait dengan politik luar negeri, terdapat ketentuan syariah tentang
kewajiban membangun tentara yang kuat dengan kemampuan dan perlengkapan yang
memadai guna mengemban tugas dakwah ke seluruh penjuru dunia.
Semua
kewajiban syariah di atas dan yang sejenis wajib dilaksanakan oleh Khalifah,
bukan yang lain. Dan seluruh umat Islam wajib melakukan pengawasan dan koreksi
agar pelaksanaan kewajiban itu berjalan dengan baik. Karenanya, Gerakan
Mahasiswa Pembebasan Menyeru kepada seluruh elemen masyarakat khususnya
kalangan Intelektual Pemuda-Mahasiwa untuk :
1. Meningkatkan
soliditas antar gerakan pemuda dan mahasiswa serta menyamakan visi dan arah
perjuangan dengan menjadikan Syariah Islam sebagai solusi kebangkitan dari
segala keterpurukan yang melanda negeri ini, juga sebagai Perekat dan Pemersatu
Ummat bukan hanya di Indonesia tapi diseluruh dunia Islam. Allah SWT berfirman
:“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat-Nya orang-orang yang bersaudara, dan (ingatlah
ketika) kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q.s. Ali ‘Imran [3]: 103).
2. Membuang
Sistem Kufur Demokrasi yang telah terbukti gagal menata negeri ini bahkan
justru telah menyebabkan negeri ini semakin berada pada jurang keterpurukan,
tercerai-berai,akibat terjajah dan dirampok oleh kapital imperial Asing.
3. Melepaskan
Ketaatan dari Rezim Penguasa yang masih menerapkan sIstem demokrasi baik yang
bercorak sosialisme-komunis maupun kapitalisme-liberal.
.
4. Mendukung
tegaknya Khilafah Islamiyyah yang akan melindungi dan menyejahterakan rakyat
dengan penerapan Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin. Rasulullah SAW bersabda:
“Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yang memberikan harta secara
berlimpah dan tidak terhitung banyaknya. (HR Muslim).